KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah,
selayaknya segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah SWT. Dzat yang hanya
kepadanya kita meminta tolong dan meminta ampunan. Kita berlindung hanya
kepada-Nya dari buruknya jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Siapa saja
orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada satu pun yang dapat
menyesatkannya. Sebaliknya, siapa saja yang telah disesatkan oleh Allah, tidak
ada satu pun yang dapat memberinya petunjuk.
Shalawat
serta salam selayaknya kita curahkan kepada baginda rasul, Muhammad SAW yang
telah memberikan kita teladan menuju jalan kebenaran, jalan kasih sayang, jalan
kedamaian, jalan kebahagian dunia akhirat, dan jalan menuju kepada-Nya, yaitu
islam. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang meniti jalannya dengan sungguh-sungguh hingga
akhir zaman.
Ahlamdulillah,
penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah kesehatan masyarakat. Dalam menjalani penyusunan makalah
kesehatan masyarakat ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi.
Penulis
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang
senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan segenap ucapan terima kasih .
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena
itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang,
April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang............................................................................................1
BAB II : TINJAUAN TEORI
A.
Definisi Kesehatan
Masyarakat.....................................................6
B.
Ruang Lingkup
Kesehatan Masyarakat........................................6
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
a. Sekelumit
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas
dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita
mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang
tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang
telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati penyakit dan
bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seeorang asistennya, yang kemudian
diceritakan sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda
antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan
sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit)
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya
ddalam pendekatan masalah kesehatan melalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari
makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan
melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih menganjurkan
melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut,
antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,
daripada dengan pengobatan.pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia
tersebut akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah
masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya
penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif
(pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi,
psikiater, praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit seperti
halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit
dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam
kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah
atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul
garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif
(curative health care). Kedua
pencegahan atau preventif (preventive
health care). Kedua kelompok ini
dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara
petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Sedangkan penddekatan preventif, sasaran atau pasien adalah
masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masayarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif
artinya pada kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti
dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau
tidak ada pasien datang berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas mereka
bahwa masalah kesehatan adalah adannya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih
menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan
masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktik
mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah
yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan
menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien
hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan
bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif melihat klien
sebagai mahluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya
penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi
dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian
pendekatannya pun tidak individual dan partia, tetapi harus secara menyeluruh
atau holistik.
b. Kesehatan
Masyarakat di Indonesia
Sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat
di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di
Indonesia tahun 1927, dan tahun 1837 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia,
kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun
demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu
pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan dukun bayi dalam
praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian
bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama,
karena langkanya tenaga pelatih kebinaan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai
lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan
secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada
tahun 1851 sekolah dokter jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepalan pelayanan
kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini
terkenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927 Stovia berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia
tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua
sekolah dokter tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan
tenaga dokter yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada
bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr.
Achmad Dipodilogo, yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari
tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut. Departemen Kesehahtan
menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya
pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerntah (Departemen Kesehatan) menjadi pusat pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara
terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan dikota madya atau
kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup:
1) Kesehatan
ibu dan anak
2) Keluarga
berencana
3) Gizi
4) Kesehatan
lingkungan
5) Pencegahan
penyakit menular
6) Penyuluhan
kesehatan masyarakat
7) Pengobatan
8) Perawatan
kesehatan masyarakat
9) Usaha
kesehatan gizi
10) Usaha
kesehatan sekolah
11) Usaha
kesehatan jiwa
12) Laboratorium
13) Pencatatan
dan pelaporan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kesehatan Masyarakat
Sudah
banyak ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masayarakat. Secara kronologis
batasan-batasan kesehahtan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang
kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini. Batasan yang paling
tua, dikatakan bahwa kesehatan adalah
upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.
Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya
memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
merupakan kegiatan kesehatan masyarakt. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi,
kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat melalui perbaikan sanitasi
lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
B. Ruang
Lingkup Kesehatan Masyarakat
Seperti
disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab
itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut.
Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin
keilmuan, yakni ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial.
Akan tetapi sesuai dengan perkembangan
ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasri ilmu kesehatan masyarakat pun
berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu
kimia, ilmu fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu
pendidikan, dan sebagainya.
Secara
garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering
disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a) Epidemiologi
b) Biostatistik/statistik
kesehatan
c) Kesehatan
lingkungan
d) Pendidikan
kesehahtan dan ilmun perilaku
e) Administrasi
kesehatan masyarakat
f) Gizi
masyarakat
g) Kesehatan
kerja.
Masalah kesehatan
masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya harus secara multi disiplin.
Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai
bentanngan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung
untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi
(terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya:
pembebrsihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan
gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja,
pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,
pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.
Secara garis besar,
upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehahtan masyarakat antara lain:
a) Pemberantasan
penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b) Perbaikan
sanitasi lingkungan.
c) Perbaikan
lingkungan pemukiman.
d) Pemberantasan
vektor.
e) Pendidikan
(penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f) Pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
g) Pembinaan
gizi masyarakat.
h) Pengawasan
sanitasi tempat-tempat umum.
i)
Pengawasan obat dan minuman.
j)
Pembinaan peran serta masyarakat, dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak ahli kesehatan
membuat batasan kesehatan masyarakat. Secara kronologis batasan-batasan
kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit samapi batasan
yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas seperti berikut ini.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain
kesehatan masyarakat adalah sama
dengan sanitasi. Kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni.
DAFTAR
PUSTAKA
Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di
Indonesia. Jakarta: UI-Press.
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan.
Depok: FKM-UI.
Yanuarta, Hendra. 2002. Skripsi: Kesiapan Pembiayaan Kesehatan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat pada Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Depok: FKM-UI (S. 2562).
Yurisca,
Ariend. 2002. Skripsi: Pola Pembiayaan
Kesehatan OKI Jakarta Setelah Otonomi Daerah. Depok: FKM-UI (S. 2586)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar